Malam Terakhir Ramadhan

Bataprak - Selamat pagi sobat pembaca. Lebaran sebentar lagi nih, rasanya cepet banget bulan yang indah ini dilewati. Rasanya ingin sekali Ramadhan itu dua bulan atau lebih. Jujur bulan di bulan Ramadhan ini, di bulan yang penuh berkah ini, semua pahala yang kita lakukan akan dilipat gandakan oleh Allah SWT, suasana yang saya rasakan begitu tenang, nyaman, banyak bertemu dengan teman-teman lama yang pulang dari perantauan. Bahkan di 10 hari terakhir bulan Ramadhan juga ada momen yang sungguh istimewa. Salah satu keistimewaan pada 10 hari terakhir Ramadhan yaitu terdapat malam Lailatul Qadr.




“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al Qadr : 1-5)

Tapi ngomong-ngomong tentang merantau/mudik dan 10 malam terakhir Ramadhan, justru saya miris melihat kebiasaan masyarakat. Di pengujung Ramadhan, sebagian besar masyarakat sibuk dengan rutinitas tahunan, menyambut Lebaran.

Bisa terlihat dari pantauan keadaan di kota sobat, di malam-malam terakhir warga di masing-masing kota justru malah memadati mall. Pesta diskon hingga berpuluh persen digelar hampir semua pusat perbelanjaan. Jalan pun macet karena di padati para pencari diskon.

Begitu pula dengan terminal, pelabuhan dan bandara. Semua warga berlomba-lomba untuk pulang ke kampung halaman menjalankan ritual mudik. Data dari Kementrian Perhubungan, tak kurang dari 30 juta warga yang akan meninggalkan kota pada musim mudik kali ini. Wow.

Sebenarnya boleh saja hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur, tapi jangan sampai aktivitas tahunan tersebut malah menghilangkan keutamaan di hari-hari terakhir bulan suci ini. Bahkan tak jarang sepertiga malam terakhir itu lebih didominasi oleh pikiran-pikiran duniawi dan mulai muncul rasa malas dalam beribadah.

Padahal Rasulullah SAW pada 10 malam terakhir Ramadhan malah lebih mengencangkan ikat tali pinggangnya. Di sepanjang masa itulah, konon Lailatul Qadr berada, terutama di malam-malam ganjil. Rasul memaksimalkan beribadah dan mengajak keluarganya.

Mulai membaca Al-Quran hingga berdzikir. Tak ketinggalan berdoa : "Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul afwa fa'fu anni (Ya Allah Engkau lah yang Maha Pengampun Lagi Maha Pemurah, Engkau senang mengampuni hamba-hamba Mu karena itulah ampuni dosa-dosaku)"

Oleh karena itu janganlah menyia-nyiakan bulan yang penuh berkah ini. Kepergian Ramadhan di ibaratkan adalah sebuah musibah. Tak ada lagi buka puasa bersama, tak ada lagi keindahan bersilaturahmi dan sholat tarawih berjamaah di masjid selain bulan Ramadhan.

Sobat, jangan lewatkan pembebasan dari api neraka itqum minan naar. Allah SWT memberikan jaminan ini kepada hamba-Nya yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan memperbanyak amal ibadah seperti sholat, sedekah, zakat, merenungi dosa dan menyatuni fakir miskin. Berhati-hatilah karena di malam terakhir Ramadhan godaannya sangat besar.

Semoga kita dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. Amin


0 komentar:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net